Palembang, Pelita Sumsel – Resolusi konflik adalah penyelesaian konflik baik pencegahannya, penanganan maupun penanganan pasca konflik, cara menyelesaikan konflik dengan cara damai, juga dengan cara kekerasan termasuk cara penyelesaian konflik.
“Tapi di zaman sekarang kebanyakan negara-negara modern masyarakat modern lebih memilih cara-cara damai, karena perang, kekerasan, militer itu memang untuk sementara dapat meredahkan masalah namun untuk jangka panjang akan menjadi bom waktu, bisa menimbulkan situasi lebih parah, tidak akan berakhir konflik karena korban kekerasan akan sewaktu-waktu akan membalas dengan kekerasan,” Papar Direktur CSRC (Center for the Study of Religion and Culture) UIN Jakarta UIN Syarif Hidayatulah Jakarta, Dr Irfan Abubakar MA saat menjadi pembicara tunggal pada Pelatihan Resolusi Komplik dilaksana oleh Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Raden Fatah di Grand Atyasa, Kamis (9/11).
Konflik itu, kata dia, ada beberapa jenis mulai dari konflik individu, kelompok, keluarga, sosial dan antar negara.
“Indonesia ada beberapa jenis konflik yang identik dengan Indonesia, itu ada konflik komunal, yaitu konflik yang melibatkan pertentangan dan bahkan dengan kekerasan antara agama, suku, ras, terutama belakangan inikonflik etnis china yang sekarang sintemen anti china menguak,” Katanya.
Selain itu, konflik politik dirasa relatif bisa diatasi karena sistem sudah bagus, sistem pemilihan umum, sistem ketatanegaraan kita menganut demokrasi dan trias politika yaitu kontrol antar lembaga sebenarnya oleh sistem merupakan resolusi konflik.
“Kalau tidak ada sistem itu kita akan saling menyerang dan bahkan pembunuhan untuk mendapatkan kekuasaan, kalau zaman dulu kan pergantian kekuasaan di capai dengan perebutan kekuasaan dengan kekerasan dan pertumpahan darah,” jelasnya.
“Bahkan kita dalam sejarah Indonesia mengalami konflik politik yang melibatkan PKI, itukan banyak jatuh korban. Itu adalah penyelesaian konflik dengan tidak dengan cara damai,” Pungkasnya. (YF)