Palembang, Pelita Sumsel-World Agroforestry Centre (ICRAF) memfasilitasi pemerintah Papua dan Sumsel untuk sharing dalam Pelatihan Merencanakan Pembangunan Ekonomi Hijau : “Aplikasi dan Simulasi Menggunakan Pendekatan Ekonomi Regional” di Palembang, 16-18 Oktober 2017.
Kegiatan ini di ikuti kalangan birokrat dan akademisi sebanyak 40 Orang dengan tujuan untuk memberikan pembekalan kepada para pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan perencanaan pembangunan daerah berbasis lingkungan dengan metode terkini.
Hal ini di sampaikan oleh Country Coordinator Indonesia World Agroforestry Centre (ICRAF), Sonya Dewi, disela kegiatan, di Hotel Santika Senin (16/10/2017).
“Perubahan struktur dalam tubuh birokrasi kerap menjadi masalah dalam mengimplementasikan perencanaan pembangunan berkelanjutan sehingga diperlukan pelatihan secara kontinyu,” ungkapnyA
metode analisa dan simulasi perencanaan menggunalan ekonomi regional sangat penting untuk mengimplementasikan rencana makro yang telah ditetapkan.
“Untuk eksekusi dari rencana itu harus mempelajari metode analisa ekonomi regional ini secara detil, maka dari itu pelatihan secara khusus,” terangnya.
Sementara pihak Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan menyambut baik kegiatan yang berlangsung karena bermanfaat dalam proses penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
“Pada tahun 2018-2019 kami dalam proses teknokratik dan pelatihan ini sebagai background study. Pada tahap ini kami menerima banyak masukan terutama dari FGD dan pelatihan seperti ini,” tutur Hendrian, perwakilan Bappeda Sumsel yang sekaligus menjadi narasumber pada kegiatan ini.
Sumatera Selatan fokus pada sembilan sektor perencanaan pembangunan dimana sektor lingkungan menjadi salah satu sektor prioritas. Aplikasi pendekatan ekonomi regional ini akan menjadi salah satu cara untuk mengkaji perencanaan pembangunan daerah.
“Metode seperti ini harus diterapkan karena bisa dilihat keterkaitan antar sektor. Misalnya kita merencanakan sektor pertanian seperti karet, maka harus dikaji juga sektor mana yang akan ikut berdampak. Jadi perencanaannya bersifat komprehensif,” pungkasnya.
Sementara itu Kepala bidang fisik dan prasarana Bappeda Provinsi Papua,Lila Bauw mengatakan untuk pelatihan ini untuk ilmunya sendiri itu sudah ada, tapi bagaiamana ilmu ini dapat di pergunakan untuk melakukan pemanfaat perencanaan pembangunan secara lebih update justru itu yang ingin dipelajari lagi.
“Seperti mana yang telah kita sampaikan Visi dan misi untuk pembangunan di Provinsi kami sendiri membutuhkan adanya Tolls ini. Sehingga bagaimana kita dapat mengelementasikan rencana-rencana makro yang sudah kita tetapkan namun untuk mengeksekusinya untuk lebih apa senhingga dapat kita pelajari lagi lebih detail,” ungkapnya kepada awak media.
Dikatakan, untuk tenaga ahli sendiri belum ada namun untuk dari segi pelatihan-pelatihan seperti ini sudah kita lakukan, justru dengan adanya forum ini kita dapat mempelajari sehingga menjadi bahan acuan kami agar bisa secepatnya menerapkannya disana.
Kabid Infrastruktur dan pengembangan wilayah Bappeda Sumsel, Hendri menuturkan, untuk RPJMD Sumsel sendiri masih dalam proses demokratik jadi utuk baygroundnya sendiri itu masih dalam bentuk pelatihan.
“Dengan adanya pendekatan ekonomi regional ini Harus diterapkan di Sumsel karena seperti apa yang di sampaikan oleh ibu Sonya tadi jadi sektor mana yang saling keterkaitan dengan sektor yang lainnya,” tutupnya (daud)