Leicester, Pelita Sumsel — Claudio Ranieri merasa tak lagi punya impian setelah dipecat Leicester City, hanya sembilan bulan setelah menghadirkan kejutan dengan membawa tim menjadi juara Liga Primer Inggris.
Kiprah manajer asal Italia tersebut berakhir setelah The Foxes kalah 2-1 dari Sevilla di leg pertama babak 16 besar Liga Champions, dengan klub ebrada satu poin di atas zona degradasi Liga Primer musim ini.
Pemecatan Ranieri mendapat reaksi bernada simpati dari banyak kalangan, dengan mayoritas di antaranya mengecam tindakan manajemen Leicester.
“Kemarin, impian saya sudah pupus. Setelah euforia musim kemarin dan menjadi juara Liga Primer maka impian saya adalah untuk bisa bertahan di Leicester, klub yang saya cintai, selalu,” ungkap Ranieri melalui pernyataan resmi.
“Sedihnya, ini tidak bisa terwujud.”
Lebih lanjut, Ranieri mengucapkan terima kasih keapda keluarga dan staf yang sudah membantunya: “Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada istri saya, Rosanna dan seluruh keluarga yang sudah tanpa henti mendukung saya selama berada di Leicester.”
“Ucapan terima kasih banyak kepada staf pelatih, Paolo [Benetti] dan Andrea [Azzalin] yang sudah menemani saya dalam perjalanan indah. Dan juga kepada [agen Ranieri] Steve Kutner dan Franco Granello yang memberikan saya kesempatan untuk bisa menjadi seorang juara.”
“Yang terutama saya harus mengucapkan kepada Leicester City. Perjalanan sejauh ini luar biasa dan akan selalu ada dalam kenangan. Terima kasih kepada seluruh jurnalis dan juga media yang sudah mendatangi kami dan menikmati laporan terbesar dalam sejarah sepakbola.”
“Ucapan terima kasih tulus saya kepada semua orang di klub, seluruh pemain, staf dan juga semuanya yang berada di sana serta menjadi bagian dari pencapaian kami. Tapi yang paling penting kepada suporter, kalian membawa saya ke lubuk hati terdalam sejak hari pertama dan mencintai saya. Saya juga sayang kalian.” (*)
Tidak ada komentar