Blunder SBY dan Partai-Partai Islam: Masuk Angin? *

waktu baca 4 menit
Jumat, 23 Sep 2016 03:17 0 225 Redaktur Pelita Sumsel

* Oleh : Kusairi, Pemerhati Pemilu Kada DKI Jakarta

Menjadi penantang Ahok dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilu Kada) DKI memang tidak mudah. Karena dari segi dana dan dukungan politik (partai) di atas kertas unggul.Sementara dari sisi infrastruktur politik, khususnya birokrasi, sebagai Gubernur Petahana, Basuki Thahaja Purnama alias Ahok, juga banyak diuntungkan. Namun bukan berarti tidak bisa dikalahkan. Salah satu caranya, harus menghadirkan lawan tanding yang sepadan dan tidak lebih dari satu. Harus head to head, satu lawan satu. Lalu apa jadinya bila “imigran” dari Belitung Timur itu menghadapi dua lawan?

Di atas kertas, memang sulit diprediksi, satu diantara dua lawan Ahok akan mengungguli SangIncumbent. Tetapi bukan berarti kesempatan dan peluang tertutup sama sekali. Menghadirkan lawan Ahok dengan mengusung Anis Baswedan-Sandiaga Uno memang bisa lebih baik ketimbang Yusril-Uno atau Agus Harimurti-Sylviana.Ini bukan soal “wajah baru” seorang Agus dan “stok lamanya” seorang Yusril. Tetapi pudarnya “pamor” Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan miskin pengalamannya Agus di Birokrasi jadi kendala tersendiri. Sementara Yusril, masih dilihat dari faktor “kepribadian” dan “hidden agenda” di luar sekadar menjadi calon gubernur DKI.

Sementara Anis, kendati masih terbilang bulan, pengalaman sebagai Menteri Pendidikan cukup memberikan pembelajaran dari sisi birokrasi. Menghadirkan tokoh “santun” di Jakarta — walaupun kadang bombastis, seperti menjadi “dahaga” tersendiri di tengah umpatan dan sumpah serapah Sang Gubernur Incumbent yang banyak membuat telinga publik memerah. Adapun Uno, dengan pengalaman sebagai pebisnis diharapkan mampu meningkatkan taraf hidup ekonomi warga Jakarta. Pada bagian lain, terutama dari sisi pemberitaan, Grup Media Jawa Pos bisa jadi akan mendukung Anis. Lantaran mantan Rektor Paramadina ini dikenal dekat dengan Dahlan Iskan, mantan Menteri BUMN era SBY.

Sebelumnya memang diprediksi, kalau SBY, sebagai Ketua Umum Demokrat, akan menjadi “jangkar dukungan” sejumlah Partai Islam (PKB, PPP, PKB — saya lebih suka menyebutnya partai berlabel Islam, dalam bangunan koalisi penantang Ahok di luar Partai Gerindra dan PKS. Ini seperti mengulang konsolidasi partai pendukung Pemerintahan SBY waktu lalu ketika menghadapi sikap oposisi dari PDIP. SBY agaknya memiliki “truff” tersendiri untuk “menjinakkan” sejumlah parpol Islam itu. Berbeda dengan PKS yang “sulit diatur” bahkan memilih oposisi setengah hati. Akhirnya, partai aktivis muda Islam ini malah mental dari mitra koalisi Pemerintahan SBY dan mengorbit sendiri, kecewa, lantaran Ketua Umumnya “disapikan” hingga berujung penjara.

Sementara partai lain, Kasus Muhaimin (Ketum PKB), terkait suap Dana Percepatan Pembangunan Infrastruktur Desa Tertinggal (DPPID), Zulkifli Hasan (Ketum PAN), terkait kasus alih fungsi lahan yang menyeret Gubernur Riau, dan Romahurmuziy (Ketum PPP), saat menjabat Ketua Komisi IV juga sempat “tersengat” menerima dana proyek di Kementerian Pertanian, sampai sekarang masih terbilang aman. Bagaimana dengan SBY? Kasus mega skandal Bank Century yang menyeret namanya hingga kini juga bagai hilang ditelan bumi. Saya jadi teringat dengan seorang teman yang dekat dengan kalangan istana dan menyebut, kenapa Setya Novanto didukung Pemerintah Jokowi untuk menjadi Ketum Golkar, lantaran dirinya terlibat banyak kasus. Sehingga secara politik lebih mudah “dijinakkan”. Benarkah semua itu?

Yang pasti, fenomena saling menyandera dalam kebijakan politik di Indonesia di antara sejumlah elit negeri ini, telah menjadi rahasia umum. Apakah lantaran itu, SBY dan partai-partai Islam akhirnya lebih memilih menjadi “pecundang” dengan menghadirkan calon pasangan ketiga gubernur DKI Jakarta karena takut diperkarakan? Secara hukum sejumlah kasus tersebut memang perlu dibuktikan. Tetapi fenomena saling menyandera secara politik lantaran kasus hukum memang akhirnya sering menyebabkan blunderdalam persoalan-persoalan politik.

Seperti kita ketahui dan segera akan diumumkan, Demokrat bersama sejumlah partai berlabel Islam (PKB, PPP, PAN), mantap mendukung calon gubernur Agus Harimurti Yudhoyono (putra SBY) dengan Sylviana Murni (Deputi Gubernur Bidang Kepariwisataan dan Kebudayaan DKI) sebagai calon wakil gubernur. Sementara pasangan lain, Anis Baswedan (Mantan Menteri Pendidikan) dan Sandiaga Uno (pengusaha muda), didukung Partai Gerindra dan PKS. Dengan demikian pasangan Ahok-Djarot yang didukung PDIP, Golkar, Nasdem, dan Hanura akan menghadapi dua pasang calon sebagai penantang. Siapa yang bakal jadi pemenang. Kita tunggu saja.Yang penting jangan sia-siakan hak suara Anda. Selamat mengawal hati nurani.

Redaktur Pelita Sumsel

Media Informasi Terkini Sumatera Selatan

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


    LAINNYA