Menjadi Humanis Melalui Ramadhon

waktu baca 4 menit
Sabtu, 3 Jun 2017 12:50 0 243 Redaktur Pelita Sumsel

Menjadi Humanis Melalui Ramadhon

 

Oleh Bambang Yusantra*

 

Selamat datang ya Ramadhan, bulan yang diwajibkan berpuasa bagi orang-orang yang beriman. Seperti yang diperintahkan Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah:183 “ Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. Dalam ayat itu jelas bahwa puasa dibulan ramadhan itu wajib dilaksanakan agar kita menjadi takwa. Melalui ayat itu bisa dianalisa bahwa sebetulnya Puasa adalah alat bukan tujuan. Alat yang dirancang untuk mencapai takwa dibuat sistemnya pada bulan Ramadhan selama satu bulan penuh.

 

Kenapa Allah SWT menganggap penting ketakwaan bagi hamba-hambanya yang beriman sampai disiapkan sebuah bulan khusus yaitu bulan Ramadhan untuk mencapai drajat ketakwaan itu. Hal ini tidak lain tidak bukan karena “Sesungguhnya orang Yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah SWT adalah yang paling Bertakwa Diantara Kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi maha mengenal” (Al-Hujurat:13).

 

Allah SWT begitu sayangnya dengan kita, sampai disiapkan sebuah bulan Khusus agar Hamba-hambanya menjadi Manusia yang Mulia disisi-Nya. Ketika takwa menjadi tujuan Akhir dari puasa dibulan ramadhan tersebut tentu ada point-point prilaku yang diharapkan melekat pada Orang-orang yang berpuasa tersebut setelah ramadhan berlalu, yang membedakan kasat mata antara orang-orang yang puasanya hanya mendapatkan lapar dan haus dengan orang-orang yang setelah puasa drajat ketakwaannya meningkat.

 

Pada saat bulan ramadhan kita dianjurkan untuk memperbanyak Amalan malam dengan Tarawih, Tadarus dan Tahajud, saat siang hari kita diwajibkan menahan makan dan minum, menahan amarah, tidak berbohong, dan perbuatan negatif lain agar tidak membatalkan dan mengurangi pahala puasa. Harapannya agar kebiasaan yang dibangun melalui ramadhan itu melekat menjadi prilaku dalam kehidupan sehari-hari sebagai ciri orang yang bertakwa. Seperti yang dtertulis dalam Al-Qur’an

 

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan (Ali-Imran:133-134)”

 

Bukanlah menghadapkan wajahmu ketimur dan ke barat itu sebuah kebajikan. Akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, Hari Kemudian, Malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir, dan hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat. Dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (Imannya) dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa (2:177)

 

Dari dua ayat tersebut bisa disimpulkan bahwa ciri-ciri orang bertakwa yang merupakan tujuan diwajibkannya berpuasa dibulan ramadhan adalah.

 

Segera Mohon ampun

Menafkahkan Harta yang dicintai baik lapang maupun sempit

Menahan Amarah (Sabar)

Memaafkan Kesalahan Orang lain

Senantiasa Berbuat Baik

Melaksanakan Rukun Iman

Menepati Janji apabila berjanji

Sabar dalam segala kondisi misal saat dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan.

 

Artinya setelah Selesai melaksanakan dibulan puasa selama bulan Ramadhan diharapkan kita menjadi Manusia mulia disisi Allah dengan memiliki beberapa ciri-ciri ketakwaan seperti diatas. Jika setelah menjalankan puasa dibulan ramadhan ciri-ciri orang bertakwa tidak melekat dalam keseharian kita maka itulah yang dinamakan Puasanya hanya dapat lapar dan haus sama sekali tidak membekas dalam perilaku keseharian kita.

 

Selama puasa kita menahan lapar dan haus sehari penuh agar dapat merasakan lapar dan hausnya orang-orang miskin yang kekurangan sehingga empati kita timbul dan makin bersemangat untuk memberi kan sebagian harta kita setelah ramadhan. Saat ramadhan kita dianjurkan berprilaku mulia yang bisa mengurangi pahala puasa atau bahkan membuat puasa kita batal misalnya dilarang marah, berbohong, dll.

 

Harapannya agar kebiasaan itu melekat dalam keseharian kita sampai ketemu Ramadhan ditahun berikutnya. Saat bulan ramadhan kita diharapkan untuk selalu berkata jujur, menepati janji harapannya agar kebiasaan itu melekat dalam keseharian kita setelah ramadhan sampai menjelang ramadhan berikutnya. Selama bulan ramadhan kita dianjurka memperbanyak ibadah yaitu Tarawih, tadarus, tahajud diharapkan setelah ramadhan hal itu menjadi kebiasaan dan perilaku kita setelah ramadhan sampai menjelang ramadhan ditahun berikutnya.

 

*Penulis Adalah Pelajar Islam Indonesia (PII) Sumsel dan Kader PDI Perjuangan Sumsel

Redaktur Pelita Sumsel

Media Informasi Terkini Sumatera Selatan

LAINNYA