Ketua KPK : Hari Pendidikan Nasional Bukan Hanya Seremonial Belaka

waktu baca 3 menit
Minggu, 3 Mei 2020 09:14 0 140 Admin Pelita

Jakarta, Pelita Sumsel –

Memaknai Hari Pendidikan Nasional pada tanggal 2 Mei 2020, sepatutnya bukan hanya seremonial belaka, namun esensi dari perjuangan pendidikan nasional yang patut diaktualisasi dalam kehidupan sehari-hari. Demikian yang diungkapkan Ketua KPK-RI, Firli Bahuri, Minggu (03/05/2020).

“Nilai-nilai perjuangan seorang Raden Mas Suwardi Suryaningrat yang dikenal dengan nama Ki Hadjar Dewantara yang sangat gigih dan pantang menyerah, mencabut benih-benih kebodohan yang ditanamkan bangsa Belanda pada ladang pemikiran rakyat Indonesia, sehingga dapat membuka mata seluruh kaum pribumi akan pentingnya pendidikan kala itu,” ujarnya.

Jendela dunia mulai terbuka, seluruh perenungan dan pemikiran bangsa mulai bangkit, ternyata tak ada hukuman yang lebih menyedihkan dari terpenjara dan terbelenggu kebodohan.

“Sejarah Ki Hadjar Dewantara-lah yang memicu tekad dan semangat saya agar dapat tetap bersekolah ditengah kondisi kesulitan ekonomi keluarga saat itu. Saya ingat betul kata-kata guru yang menceritakan sejarah Ki Hadjar Dewantara, bahwasanya kebodohan adalah akar atau jurang kemiskinan,” terangnya.

Masih teringat masa-masa sewaktu duduk dibangku sekolah khususnya sekolah menengah pertama yang berjarak 16 KM dari rumah dan hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki. Pulang sekolah, saya selalu menyempatkan diri menyadap pohon karet yang hasilnya untuk membayar biaya SPP, sebelum membantu Ibu berladang.

“Setelah lulus SMP, saya hijrah ke Palembang melanjutkan pendidikan SMA bermodal semangat dan memulai perjuangan hidup lebih berat lagi, dimana barus bekerja serabutan untuk menyambung hidup dan membiayai pendidikan,” kenang Firli.

Sepulang sekolah, berjualan spidol yang saya beli seharga Rp 25 selusin di Pasar Cinde, lalu dijual kembali dengan seharga Rp 50 selusin di Taman Ria Sriwijaya Palembang. Alhamdulillah, dalam semalam bisa menjual 6 lusin spidol dan bisa membawa uang Rp 150.

“Selain jualan spidol, saya juga ikut berjualan kue hingga mencari upah dengan mencuci mobil untuk bertahan hidup dan meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi,” ungkap mantan Kapolda Sumatera Selatan ini.

Dengan Moment Hari Pendidikan Nasional ini, merupakan esensi aktualisasikan dalam kehidupan. Nilai-nilai perjuangan yang diajarkan Ki Hadjar Dewantara, semuanya benar. Melalui pendidikan, kita dapat merekuh masa depan yang lebih baik. Masa depan seseorang tidak ditentukan saat dia lahir tapi semangat belajar, berjuang, bekerja keras dan tentunya semua itu atas izin Allah SWT.

“Tetap semangat untuk belajar dan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi lagi. Apalagi saat ini sekolah negeri gratis dan perguruan tinggi banyak memberikan beasiswa kepada mahasiswanya yang tidak mampu atau yang berprestasi,” terangnya.

Tidak ada alasan untuk tidak belajar. Apalagi mengaitkan pandemi covid-19 saat ini sebagai alasan untuk menghentikan kegiatan belajar dan mengajar. Ingat pesan Ki Hadjar Dewantara, “Setiap Orang Menjadi Guru dan Setiap Rumah Menjadi Sekolah.” Belajar bisa dimana saja, kembali pada niat masing-masing.

“Pada momentum Hari Pendidikan Nasional ini, marilah kita bersyukur dan memberikan penghargaan yang setinggi tingginya kepada para guru2, tenaga pendidik yang telah memberikan andil yg sangat besar untuk kemajuan peradaban bangsa. Guru tidak hanya mendidik anak muridnya tetapi guru sangat menentukan terwujudnya tujuan negara indonesia yg sejahtera, indonesia yang cerdas.guru pulalah yang menanamkan nilai nilai kejujuran dan Semoga melalui pendidikan negara kita akan memiliki budaya anti korupsi sejak dini,” tukasnya. (sel)

LAINNYA