Palembang, Pelita Sumsel – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) menyebut kabut asap yang kembali pekat menyelimuti Kota Palembang dua hari ini, disebabkan oleh hembusan arah angin dan kiriman asap dari daerah tetangga.
Hal itu diakui langsung oleh Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I Kenten Palembang Nuga Putrantijo, saat menggelar konferensi pers bersama awak media di Ruang Rapat Setda Sumsel (14/10) Siang.
Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I Kenten Palembang Nuga Putrantijo mengungkapkan, hasil dari analisis BMKG Provinsi Sumsel nyatanya memang tidak ditemukan peningkatan hotspot (titik panas) yang signifikan di Provinsi Sumsel, hal tersebut lantaran murni disebabkan oleh arah angin yang dominan berhembus dari arah timur.
“Angin masih dominan bertiup dari timur, tenggara, dan selatan. Apabila terjadi kebakaran di wilayah timur, tenggara, dan selatan Sumatera Selatan, asapnya masuk Palembang, dan kiriman asap dari perbatasan daerah Jambi,” ungkapnya
Menurutnya, Kondisi suhu dipermukaan lebih dingin dari udara atas, juga merupakan salah satu faktor asap diatas turun ke permukaan.
“Kebetulan hari ini suhu di permukaan lebih dingin daripada udara atas. Sehingga asap yang dari atas turun. Inilah yang menambah kepekatan kabut asap,” terangnya
Nuga menuturkan, puncak musim kemarau terjadi pada Agustus dan September lalu, ditambah lagi kondisi kemarau 2019 lebih kering daripada 2018.
“Sudah dilakukan upaya luar biasa dari Pemprov Sumsel. Badan Nasional Penanggulangan Bencana pusat bahkan sudah mengirim seribu personel untuk memadamkan kebakaran hutan dan lahan di Sumsel,” katanya
Ia kembali menegaskan bahwa yang diamati BMKG adalah Konsentrasi Partikulat (PM10), bukan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU), yang jadi standar sehat atau tidaknya kualitas udara itu ditentukan oleh KLHK bersama Dinas Kesehatan Provinsi Sumsel.
“PM10 adalah salah satu indikator ISPU. Terkait sehat atau tidaknya kualitas udara itu ISPU, yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan dan Lingkungan Hidup Provinsi,” pungkasnya
Sementara berdasarkan paparan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumsel Iriansyah menguraikan, berdasarkan data luas kebakaran hutan dan lahan sampai dengan 10 Oktober 2019, dilihat dari Citra Satelit Sentinel, Landsat 8 OLI TIRS dan MODIS seluas 144.291 Hektar lahan, Titik api yang terpantau kebanyakan terjadi dilahan gambut dan sebagian lagi di lahan kosong tersebar di 16 desa terfokus di Kabupaten OKI dan Musi Banyuasin yakni diwilayah Kecamatan Bayu Lincir.
“ Karhutlah di Kabupaten Banyuasin seluas 24. 845 ha, di Kabupaten Musi Banyuasin 32.834 ha, dan di Kabupaten OKI seluas 61.652,” ungkapnya
Sejauh ini, Menurutnya Pemprov Sumsel melalui BPBD Provinsi Sumsel telah berupaya penuh untuk pengendalian karhutlah di Provinsi Sumsel, antara lain Penetapan Status Siaga Darurat melalui Surat Keputusan Gubernur Sumatera Selatan Nomor : 163/KPTS/BPBD-SS/2019 tanggal 8 Maret 2019, kemudian Pembentukan Pos Komando Melalui Surat Keputusan Gubernur Sumatera Selatan, Nomor : 196/KPTS/BPBD-SS/2019 tanggal 1 April 2019.
“Selain itu telah dilakukan pula Pelatihan dan Pembinaan kepada kelompok masyarakat, relawan, regu pemadam kebakaran perusahaan, brigade pengendalian kebakaran hutan kebun dan lahan, Penyebaran pasukan TNI 1000, Polri 205, Masyarakat 205, BPBD 102, pada 90 Desa untuk Pencegahan Dini Karhutla, serta Usulan permintaan patroli udara dan pemadaman udara (Water Bombing) dan Teknologi Modifikasi Cuaca (Hujan Buatan) kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB),” tambahnya
Secara rinci pula diuraikannya, realisasi dukungunan helikopter water bombing dan pesawat patroli tahun 2019, Total 9 Helikopter Water Bombing 1 Pesawat dan 1 Helikopter Patroli dari BNPB.
“Mi-8 RA 22583, 16 Mei 2019 (4000 ltr), Mi-8 RA 22747, 16 Mei 2019 (4000 ltr), Mi-8 RDPL 34140, 1 Juni 2019 (4000 ltr),Kamov UR CIO, 15 Juli 2019 (4000 ltr),Mi-8 34230, 1 Agustus 2019 (4000 ltr),Mi-8 UP815, 16 Agustus 2019 (4000 ltr),Mi-8 RDPL34250, 17 Agustus 2019 (4000 ltr),VN 8426, RA 22582, Pesawat Cessna Grand Caravan PK RJV, 31 Juli 2019, AS 350Be3 PK DAM, 13 Agustus 2019,” pungkasnya (ril/Fadhil)