Jakarta, Pelita Sumsel– Opening ceremony Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua akan berlangsung pada 2 Oktober 2021 bertempat di Stadion Lukas Enembe, Kota Jayapura.
Pesta olahraga terakbar di Tanah Air ini menjadi momentum dalam menjaga persatuan, menyatukan perbedaan, dan menanamkan jiwa sportivitas.
Dengan mengusung moto “Torang Bisa” yang juga berarti ‘kita bisa’, PON XX Papua diharapkan mampu menjaga semangat sportivitas dan keyakinan bahwa bangsa Indonesia bisa.
Dalam setiap permainan atau pertandingan, pemain atau atlet, pelatih, hingga suporter PON Papua harus menjunjung tinggi nilai sportivitas.
Wasit Loncat Indah PON XX, Pranarta Arumbowo menyatakan bahwa juri merupakan pendukung sportivitas utama dalam olahraga loncat indah. Dimana cabang olahraga (cabor) ini mengandung unsur subjektifitas yang cukup tinggi.
Untuk meminimalisir subjektifitas tersebut, kata Pranarta, Federasi Renang Internasional (FINA) telah membuat berbagai macam aturan untuk meminimalisir terjadinyasubjektifitas.
“Jadi kita memiliki peraturan- peraturan tentang penilaian sebuah loncatan,” kata Pranarta dalam acara Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) dengan tema “Selamat Bertanding, Junjung Sportivitas” (H-10 PON XX Papua) pada Kamis (23/9/2021).
Menurut dia, hal ini merupakan strategi yang diterapkan oleh FINA untuk menjadikan loncat indah menjadi salah satu cabang olahraga yang subjektifitasnya lebih kecil dibandingkan dengan cabor yang lain.
Untuk PON Papua, terang dia, Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PB PRSI) pun telah melakukan seleksi ketat terhadap juri- juri yang bertugas.
“Dari tahun 2018 kita sudah memantau juri- juri yang sudah memiliki sertifikat ataupun lisensi dari FINA. Jadi juri yang akan bertugas di PON ini adalah semua juri yang memiliki sertifikat internasional,” ujar dia.
Setiap dua tahun, jelas dia, para juri pun dilakukan pembaharuan lisensi, sehingga objektifitas lebih tinggi dari subjektifitasnya. Selain itu, memiliki pengetahuan yang tinggi.
Ia menyatakan, selain wasit, para atlet pun harus menjunjung tinggi nilai sportivitas.
Untuk menjaga hal ini, para juri pun telah mengantisipasi beberapa potensi kecurangan yang dilakukan oleh para atlet. Salah satunya adalah mencegah adanya seseorang yang memberikan aba- aba agar atlet meloncat ke dalamair.
“Tetapi di dalam peraturan FINA itu sudah sangat jelas bahwa apabila itu terjadi maka loncatan tersebut akan diberi nilai nol. Jadi dalam artian loncatan itu dinyatakan gagal dan tidak dimasukan dalam perhitungan total skor,” jelasdia.
Namun sampai sejauh ini, terang dia, selama ia bertugas sebagai wasit belum menemukan kecurangan yang dilakukan oleh para atlet loncat indah.
Ia yakin bahwa para atlet Indonesia, khususnya di cabor loncat indah sudah sangat paham dengan peraturan yang ada dan menjunjung tinggi nilai sprotivitas. (Ril)