Belajar Kebersamaan dan Kesetaraan di Film Bumi Manusia

waktu baca 2 menit
Senin, 26 Agu 2019 11:43 0 160 Admin Pelita

#GP Ansor Sumsel Gelar Nobar Film Bumi Manusia

Palembang, Pelita Sumsel – GP Ansor Sumsel menggelar Nonton Bareng (Nobar) film layar lebar berjudul Bumi Manusia di bioskop XXI Jalan POM IX Kelurahan Lorok Pakjo Kecamatan Ilir Barat I Minggu (25/8).

Ratusan kader dan anggota GP Ansor Sumsel tampak menghayati setiap adegan dalam Film yang menceritakan bagaimana perjuangan melawan perbedaan.

Penasehat GP Ansor Sumsel, Hernoe Hernoe RoesprijadjI mengatakan bahwa tujuan nobar ini tidak lain untuk ajang silahturahmi dalam mempererat hubungan antar kader GP ansor, selain itu masih dalam rangka memperingati HUT RI ke 74.

“Dalam Film ini seain cerita romantisme ternyata banyak terkandung nilai-nilai yang baik, misalny nilai-nilai memperjuangkan kesetaraan juga terkandung nilai-nilai cinta tanah air, mudah-mudahan ini akn meningkatkan rasa saling menghormati antar sesama,yang penting untuk menjaga kesatuan dna persatuan bangsa ditengah-tengah banyak hal yang menggangu kebersamaan bangsa” ungkap Hernoe

Bagaimanapun juga, sambung hernoe, kalau sudah mengakui satu sebagai warga negara Indonesia maka tidak ada lagi golongan-golongan bahwa suku A lebih unggul dari suku B semua sama

“Semoga tidak ada lagi yang membedakan antara pribumi non pribumi tapi tetap Indonesia,” katanya

Sementara itu, Ketua GP Ansor Sumsel, Ahmad Zarkasi Mengatakan bahwa yang didapat dari nobar ini pelajaran yang dapat membuka wawasan dalam kesetaraan di Indonesia

“Kegiatan ini kita laksanakan dalam rangka bersilahturahmi dan membuka kesamaan dan kesetaraan antara kita, Indonesia dengan keberagaman harus tetap bersatu demi Indonesia yang lebih kuat,” pungkasnya

Dr Andries Lionardo S.IP, M.Si yang juga turut hadir dalam kegiatan Nobar tersebut mengungkapkan, bahwa banyak hal yang harus disyukuri melalui makna film tersebut, khususnya bagi para kaum millenial yang hidup pada era saat ini.

“Film itu mengisahkan suatu kejadian di era kolonialisme yang memiliki suatu perbedaan antara sistim kehidupan di kolonialisme dan era saat ini yaitu millenial, dan itu harus jadi pembanding bagi anak-anak muda sekarang,” pungkanya yang juga merupakan Ketua Jurusan FISIP di Univsitas Negeri Sriwijaya (YF)

LAINNYA