Palembang, Pelita Sumsel– Demam batu akik memang telah sedikit berkurang di Indonesia termasuk Sumsel, akan tetapi permata tersebut ternyata masih memiliki tempat tersendiri dihati para pencintanya. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya kejuaraan Permata Sriwidjaya yang berlangsung selama dua hari 02-03 Februari 2019 di Ulsilent Cafe, Palembang.
Dikatakan Ketua pelaksana Kejuaraan Permata Sriwidjaya, Badarudin Yusuf, saat ini dari ratusan jenis batu akik yang paling dicari sekarang adalah jenis blue chalcedony seperti mizon, spritus dan biru langit. Untuk harganya sendiri tertinggi di kontes batu akik chalcedony dihargai hingga Rp 500 juta.
“Bahkan yang membanggakan, batu asal Sumsel Blue Chalcedony kini menjadi primadona tanah air hingga Internasional. Tak sedikit para kolektor dunia rela merogoh kocek dalam untuk mendapatkan batu akik asli Baturaja tersebut,” ucapnya, Sabtu (02/02/2019).
“Kalau dulu bacan, nah sekarang yang paling dicari itu adalah Blue Chalcedony asli Sumsel. Penggemarnya pun bukan hanya di Indonesia, tetapi juga mendunia,” tambah dia.
Ia menjelaskan, yang membuat batu blue chalcedony paling diburu lantaran batu akik itu memang susah dicari dan jumlahnya di alam sangat terbatas. Jikapun penambang mendapatkan batu, banyak sekali yang tidak sempurna sehingga sulit sekali mendapatkan batu dengan warna biru sempurna.
” Seperti bacan kan muda dicari walaupun mahal. Nah, kalah batu biru kita ini jarang orang mau jual. Karena memang sulit sekali mendapatkannya dengan warna biru mengkilat sempurna tanpa cacatnya,” jelas Badarudin.
Badarudin menambahkan, para penggemar batu akik sebenarnya bukan menghilang, akan tetapi pencintanya masih tetap eksis namun dengan pangsa pasarnya tersendiri. Dengan demikian batu akik sendiri menjadi lebih berkualitas.
“Sebelumnya memang orang demam saja, kalau sekarang benar-benar pencinta sejati. Harganya pun sekarang Rp 5 juta jika ingin batu berkualitas. Kalau kelas kontes sampai puluhan juta,” terangnya.
Untuk jumlah peserta Kejuaraan Permata Sriwidjaya itu sendiri sambung Badaruddin Yusuf ditargetkan 1000 peserta. Untuk penilaiannya sendiri sudah ada standarnya. Acara juga digelar menurutnya untuk kembali menjalin tali silaturahmi sesama pecinta batu.” Penilaiannya ada kategori, mulai dari kekeristalan batu, kaler atau warna batu, karat dimensi ukuran batu kemudian kating atay gosokan batu itu sendiri,” bebernya.
“Jumlah peserta kita targetkan 1000 orang, tahap pertama ini baru ratusan yang mendaftarkan diri, untuk juara umum sendiri diambil dari penilaian seluruh kategori kelas,” tutupnya. (yf)