PALEMBANG, PelitaSumsel. com -Kekurangan pada diri manusia tidak bisa menghambat kreatifitas sesorang untuk berkarya, begitupun seseorang yang memiliki kekurangan dari segi komunikasi, orang bisu dan tuli tidak serta merta hilang nilai kreatifitas.
Gerakan Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia (Gerkatin) Sumsel salah satu wadah bagi para tuna rungu terus berupaya mencapai kesetaraan dengan orang normal lainnya, dengan tetap melakukan hal-hal yang bisa dikatakan sama dengan orang normal.
Seseorang yang Tuna Rungu mampu menjadi fotografer, penulis pelakon seni. Oleh karena itu Gerkatin, tepat tanggal 23 Oktober 2016 adalah Hari Bisu Tuli Internasional menggelar kegiatan yang bertema “Dengan Bahasa Isyarat Aku Setara” di Palembang Minggu (23/10) dihalaman kantor Dinas Sosial Provinsi Sumsel Jalan Kapten Anwar Sastro, Kecamatan Ilir Timur I, Kegiatan meliputi jalan santai, lomba pantomin, lomba melukis anak – anak dan lomba menggunakan bahasa isyarat yang diikuti oleh masyarakat umum.
Tokoh Inspirasi Sumsel Belman Karmuda yang juga Kepala Bidang Kesejahteraan Dinas Sosial Provinsi Sumsel mengatakan peringatan hari bisu dan tuli Internasional baru pertama kali diperingati dikota Palembang. Kalau selama ini peringatan hari bisu dan tuli Internasional biasanya digabung dengan hari disabilitas.
“Inspirasi dari peringatan hari bisu dan tuli ini adalah Gerkatin, jadi peringatan hari bisu dan tuli internasional ini berasal dari Swadaya dari Gerkatin. Kebetulan saya sebagai tokoh inspriasi Sumsel menyambut baik gagasan dari Gerkatin kami sport acara peringatan ini secara penuh dan mengajak seluruh elemen dan lembaga untuk peduli pada orang yang bisu dan tuli,”ungkapnya.
Menurutnya, yang tidak kalah pentingnya dalam peringatan hari bisu dan tuli ini adalah untuk mensosialisasikan bahasa isyarat kepada masyarakat baik pemerintah maupun BUMN, karena bahasa isyarat ini hanya dimengerti oleh sesama mereka bisu dan tuli saja. Terkadang teman bahkan orang tua mereka tidak mengerti bahasa dari mereka.
“Jadi dengan peringatan hari bisu dan tuli ini mari kita tempatkan mereka setara dengan orang normal, tidak sedikit kemampuan mereka dari berbagai kemampuan yang mereka miliki bisa setara dengan orang yang normal bahkan bisa melampaui orang normal,”jelasnya.
Masih dikatakan Belman, saat ini media yang menayangkan bahasa isyarat hanya media elektronik saja itupun baru televisi milik pemerintah (TVRI), agar mereka dapat setara sebaiknya media elektronik dapat menayangkan hal yang sama.
“Dengan demikian mereka tidak hanya menonton gambarnya saja, tetapi mengerti apa yang dibicarakan dalam media tersebut,”harapnya.
Sementara iti Ketua Gerkatin Sumsel Iwan Oktarianto Lubis menjelaskan Gerkatin terbentuk tahun 2009 sebagai wadah berkumpul dan diskusi para penyandang Bisu san Tuli
“Kita memiliki anggota 300 orang, kegiatan ini dalam rangka menyuarakan kesetaraan, karena kami juga adalah bagian dari masyarakat juga,” jelasnya dengan bahwa isyarat. yang diterjemahkan oleh Relawan
Menurut Iwan keberadaan dirinya dan teman-temannya sudah diatur UU disabilitasi. tapi UU tersebut belum sebelumnya realisasi secara maksimal untuk memberdayakan penyandang tuna rungu.
“Kami ingin bersosialisasi dengan masyarakat umum lainnya, namun terbentur dengan tidak semua individu yang mengerti bahasa kami, di palembang saja relawan yang selalu mendukung kita cuma 2 orang yang berkomunikasi dengan kami. ideal nya satu orang relawan mendampingi 20 orang,” Tutupnya (daf)
Tidak ada komentar